JEPARA – Saat ini informasi menjadi kebutuhan masyarakat. Banyaknya informasi itu, tak jarang terdapat informasi hoaks yang beredar. Untuk itu, perlunya masyarakat agar mengenal literasi, agar tak mudah terpapar hoaks.
Hal itu didiskusikan dalam Dialog Tamansari Menyapa dengan tema “Membangun Budaya Literasi dan Upaya Menangkal Hoaks” di Radio R-Lisa pada Kamis, (25/7/2024) yang dipandu moderator Muhammad Safrudin selaku Sub Koordinator Bidang Media Massa Diskominfo Kabupaten Jepara.
Tenaga Ahli DPRD Kabupaten Jepara Muniyadi mengemukakan bahwa literasi tidak hanya sebatas baca tulis tapi sebagai suatu kemampuan ketrampilan. Sebab, literasi itu bagaimana cara kita memilih informasi, memilah informasi, menyusun itu sebagai sebuah tulisan.
“Nah kemampuan itu harus seimbang. Sayangnya, budaya membaca dan menulis masyarakat kita masih minim,” kata Muniyadi.
Kepala Bidang Komunikasi Diskominfo Jepara Heru Purwanto mengkritisi bahwa untuk mendapatkan informasi, pola perilaku membaca di masyarakat sudah beralih ke media.
“Budaya membaca itu rendah tapi itu buku cetak tapi kalau status WA itu nomor satu,” ujar Heru.
Kaitannya dengan itu, Heru memaparkan peran Diskominfo dalam rangka mengolah suatu informasi.
“Pertama, mengarahkan informasi yang dapat dipercaya melalui media yang dipunyai. Karena masyarakat sekarang lebih cepat mengakses informasi melalui medsos. Kedua, diatur menjadi berimbang dari media yang dapat dipercaya. Ketiga, informasi selain data dipercaya dan berimbang juga menyajikan informasi harus bisa bermanfaat,” papar Heru.
Khoirul Mizan selaku Sub Koordinator Layanan dan Referensi Perpustakaan Daerah Jepara menjelaskan pergeseran makna literasi yang sekarang berkembang. Bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis tetapi lebih pada kemampuan dalam menganalisis, mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidupnya.
Ia melihat adanya perubahan minat di masyarakat mengenai bentuk informasi. Ia juga memandang perlu tindakan nyata agar pengetahuan bisa diwujudkan jadi tindakan produktif dan bijak memilih sumber informasi
“Kita harus mulai memikirkan generasi saat ini suka apa, kalau sudah bergeser ke visual kenapa tidak diubah namun peran buku juga masih dominan,” kata Khoirul yang akrab disapa Irul.
Irul membeberkan tantangan terbesar saat ini adalah mengubah mindset masyarakat tentang perpustakaan.
“Perpustaaan menjadi pusat informasi dan informasi tidak hanya dari buku. Saat ini Perpusda dan perpus desa memfasilitasi pelatihan dan pembelajaran gratis misalnya parenting wirausaha, bahasa Inggris, penulisan fiksi non fiksi, merajut, dan yang lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat bekerja sama dengan komunitas dan relawan,” terang Irul (DiskominfoJepara/Karisma)